Beriaku 10 pemuda maka akan kuguncangkan dunia". Pada zaman sekarang telah memasuki era baru yang sering disebut dengan era milenial, sehingga pemuda yang lahir pada era ini disebut dengan generasi milenial. Generasi milenial merupakan generasi yang sudah melek teknologi. ArticlePDF Available AbstractThe discourse on character education is never dry, because until now, Indonesia is still orienting its education towards building national character. But this paper is a little different. Here, the character education model is more flexibly formulated to respond to the reality of the millennial era. Because the presence of the millennial era is a consequence of globalization, it is feared that many parties will weaken the nation's morality and personality. So that with a more flexible formula, it is expected that the millennial generation will be more comfortable following the learning process, without having to lose their ideal character as a generation that is critical, creative, and cultured. With methodological creations this paper tries to offer a model of character education that further suppresses the media-based learning process on four things scientific honesty, tabayyun method cross check, encouraging creativity, and building humanist interactions. An educational idea for the millennial generation, which requires the running of an information technology-based education process while being oriented towards character building Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202268Volume 9 No. 2, Juli-Desember 2022P-ISSN 2406-808X // E-ISSN 2550-0686 Karakter di Era MilenialMustamar Iqbal SiregarIAIN Langsa –Acehmustamariqbalsiregar discourse on character education is never dry, because until now,Indonesia is still orienting its education towards building national character. But thispaper is a little different. Here, the character education model is more flexiblyformulated to respond to the reality of the millennial era. Because the presence of themillennial era is a consequence of globalization, it is feared that many parties willweaken the nation's morality and personality. So that with a more flexible formula, itis expected that the millennial generation will be more comfortable following thelearning process, without having to lose their ideal character as a generation that iscritical, creative, and cultured. With methodological creations this paper tries to offera model of character education that further suppresses the media-based learningprocess on four things scientific honesty, tabayyun method cross check,encouraging creativity, and building humanist interactions. An educational idea forthe millennial generation, which requires the running of an information technology-based education process while being oriented towards character Character, and Millennial tentang pendidikan karakter tak pernah kering, karena hingga saat ini,Indonesia masih mengorientasikan pendidikannya ke arah pembangunan karakterbangsa. Namun tulisan ini sedikit berbeda. Di sini, model pendidikan karakter lebihdiformulasikan secara fleksibel untuk merespon realitas era milenial. Sebab kehadiranera milenial sebagai konsekuensi globalisasi, dikhawatirkan banyak pihak akanmenggerus moralitas dan kepribadian bangsa. Sehingga dengan formula yang lebihfleksibel tersebut, diharapkan generasi milenial lebih nyaman mengikuti prosespembelajaran, tanpa harus kehilangan karakter idealnya sebagai generasi yang kritis,kreatif, dan berbudaya. Dengan kreasi metodologis tulisan ini mencoba menawarkanmodel pendidikan karakter yang lebih menekan proses pembelajaran berbasis mediapada empat hal kejujuran ilmiah, metode tabayyun cross check, mendorongkreativitas, dan membangun interaksi humanis. Sebuah gagasan pendidikan untukgenerasi milenial, yang menghendaki berjalannya proses pendidikan berbasisteknologi informasi sekaligus berorientasi pada pembangunan KunciPendidikan, Karakter, dan Era PendahuluanSeorang futurolog kenamaan Alvin Toffler membagi tahap kehidupan manusia kedalam tiga masa, yakni masa agricultural atau collision of waves, masa industry atau the Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202269architecture of civilization, dan globalisasi atau the new synthesis1. Pada tahapan yangpertama, masa agricultural, ditandai oleh orientasi kehidupan pada masa lampau,menggunakan teknologi sederhana, bekerja tanpa perencanaan, kurang menghargai waktu,pertemuan face to face, ukuran kekayaan pada tanah dan hewan ternak. Sedangkan pada masaindustri dan globalisasi ditandai oleh orientasi kehidupan pada masa sekarang dan yang akandatang, menggunakan teknologi modern, bekerja dengan perencanaan, amat menghargaiwaktu, pertemuan jarak jauh, ukuran kekayaan pada penguasaan ilmu dan teknologi, dankhusus pada era globalisasi ditandai oleh penggunaan teknologi informasi dan komunikasiyang canggih berupa komputer, handphone, digital tecknology, dalam bentuk internet, smallmessage system, facebook, washapp, youtobe, instagram, dan milenial merupakan konsekuensi lanjutan next consequent dari gelombangketiga yang menekankan globalisasi. Kata millennial berasal dari bahasa Inggris millenniumatau millennia yang berarti masa seribu rahun2. Millennia selanjutnya menjadi sebutan untuksebuah masa yang terjadi setelah era global, atau era modern. Karena itu, era millennial dapatpula disebut era post-modern. Era ini oleh sebagian pakar diartikan sebagai era back tospiritual and moral atau back to religion, yaitu masa kembali kepada ajaran spiritual, moraldan agama. Makanya era millennial sebagaimana yang terjadi saat ini selain memiliki ciri-ciriera post modern, juga masih memiliki ciri-ciri era globalisasi yang antara lain ditandaidengan adanya persaingan yang ketat sebagai akibat dari pasar bebas free market; tuntutanuntuk memperoleh perlakuan yang lebih adil, egaliter, manusiawi, dan demokratis, sebagaiakibat dari fragmentasi politik; hegemoni politik sebagai akibat dari adanyakesalingtergantungan interdependensi; harus belajar kembali sebagai akibat dari kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi; serta adanya kemerosotan moral moral decadency sebagaiakibat dari masuknya budaya baru yang tidak sejalan dengan nilai-nilai ajaran yang demikian itu merupakan tantangan tersendiri bagi prosesjalannya pendidikan di Indonesia, yang saat ini sedang gencar-gencarnya menyuarakanrevolusi mental, atau pendidikan karakter. Tantangan yang hadir dalam bentuk pergeseranshifting kultural itu tidak dapat dihadapi dengan sikap depensif. Sebaliknya, meminjamistilah Amin Abdullah4, dibutuhkan cognitive flexibility dalam merespon perkembanganjaman, namun tidak pula mengekor seperti kerbau yang tusuk hidungnya. Artinya dalamkonteks kekinian, dibutuhkan kemahiran dalam merumuskan seperti apa model pendidikankarakter yang tepat untuk dilakukan di era milenial. Supaya peserta didik generasi milinealmerasa nyaman belajar, unggul dan berprestasi, produktif, kreatif, dan Defenisi Pendidikan KarakterPendidikan diartikan sebagai bentuk usaha manusia dewasa yang telah sadar akankemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai sertadasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda untuk mengubah dan meningkatkankualitas personalnya5. M. Ngalim Purwanto mendefinisikan pendidikan sebagai usahameningkatkan kemampuan individu, khususnya anak, berupa pimpinan yang diberikan1Alvin Toffler, Author of Future Shock, The Third Wave, New York William Morrow and Company,Inc, 1980, hal. M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cetakan Ketujuh, Jakarta 1980, hal. Bell, Introduction of Cyberculture, London Routledge, 2001, hal. diakses pada tanggal 12 Desember 2018, Fisafat Pendidikan Untuk IAIN, PTAIN, PTAIS, Cetakan ke-dua, Bandung CV. PustakaSetia, 2000, hal. 13. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202270dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak dalam pertumbuhannya jasmani dan rohaniagar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat6. Berbeda lagi dengan para tokoh UNESCOyang mendefenisikan pendidikan sebagai “education is now engaged is preparinment for atipe society which does not yet exist“, atau pendidikan sekarang yang terlibat dengan seriusuntuk mempersiapkan manusia bagi suatu tipe masyarakat yang belum ada7. Sementaramenurut Garten. V. Good dalam dictionary of education mengemukakan bahwa pendidikanmengandung pengertian sebagai suatu proses perkembangan kecakapan seseorang dalambentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakat dan professionalitas di manaseseorang dipengaruhi oleh sesuatu yang D. Marimba, merumuskan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secarasadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menujuterbentuknya keperibadian yang utama. Pengertian pendidikan ini juga dijelaskan dalamUndang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989, "pendidikan dirumuskansebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajarandan atau latihan bagi perannya di masa yang akang datang.”Sedangkan dalam pengertianyang luas dijelaskan bahwa pendidikan meliputi perbuatan atau semua usaha generasi tuauntuk mengalihkan melimpahkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan sertaketerampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapatmemenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah. Tetapi, beragam pandangantersebut memiliki titik temu persamaan pada pengertian yang mengatakan bahwa pendidikanmerupakan suatu proses orang dewasa yang secara sengaja mengarahkan pertumbuhan atauperkembangan seseorang yang belum dewasa. Proses yang dimaksud adalah kegiatanmengarahkan perkembangan seseorang sesuai dengan nilai-nilai yang merupakan jawabanatas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Maka, dengan pengertian atau definisi itu,kegiatan atau proses pendidikan hanya berlaku pada manusia, tidak pada hewan" karakter berasal dari bahasa yunani yaitu “charassein” yang maknanyamengukir sehingga terbentuk sebuah pola10. Proses pendidikan adalah proses “pengukiran”dan “nurturing” atau bahasa kitab sucinya proses “rabbanî”11yaitu pengukiran lewat prosespembiasaan, keteladanan, kedisiplinan dan sebagainya, sehingga terbentuklah sebuah polatingkah laku yang mulia, serta mukmin dan muttaqin. Kalau tidak, maka menurut Confuciusmanusia berubah menjadi etimologis, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahlipsikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkantindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itudapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untukkondisi- kondisi tertentu136M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Edisi Kedua, Cetakan Kelimabelas,Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2003, hal. Djumransjah, Pengantar Filsafat Pendidikan, Cetakan Pertama, Malang Bayu Media Publishing,2004, hal. Djumransjah, Pengantar..., hal. 249Anwar Jasin, Kerangka Dasar Pembaharuan Pendidikan Islam Tinjauan Filosofis, JakartaConference Book, London, 1985, hal. Karen; D. Farmer, Kevin Ryan, Building Character in Schools Resource Guide, CaliforniaJossey Bass, 2001, hal. 4411Simak surat Ali Imran 79 “Walakin kûnû rabbaniyyîna”.12David Brooks and Goble, F. The Case for Character Education The Role of the School in TeachingValues and Virtue, California Studio 4, 1997, hal. Singh dan Mr. Agwan, Encyclopaedia of the Holy Qur’ân, New Delhi Balaji Offset,2000, Edisi I hal. 175. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202271Istilah karakter dan kepribadian atau watak sering digunakan secara bertukar-tukar,tetapi menurut Allport yang dikutip oleh Ahmad Tafsir, menunjukkan kata watak berartinormatif, serta mengatakan bahwa watak adalah pengertian etis dan menyatakan bahwacharacter is personality evaluated and personality is character devaluated watak adalahkepribadian yang dinilai, dan kepribadian adalah watak yang dinilai. Jadi, karaktermerupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Mah Esa, dirisendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan pada norma-norma agama, hukum, tatakrama, budaya, dan adat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepadapopulasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta pembentukan dunia dipenuhidengan kebaikan dan kebijakan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan faktor yang menjadi unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalahpikiran. Karena pikiran, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk daripengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya16. Program ini kemudian membentuksistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisamempengaruhi perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika programtersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawakerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkanperhatian serius. Dalam hal pikiran ini, Joseph Murphy mengatakan bahwa di dalam dirimanusia terdapat satu pikiran yang memiliki ciri yang berbeda. Untuk membedakan ciritersebut, maka istilahnya dinamakan dengan pikiran sadar conscious mind atau pikiranobjektif dan pikiran bawah sadar subconscious mind atau pikiran kenapa tujuan dan fungsi penyelenggaraan pendidikan nasional diarahkan padaupaya untuk mendidik, membimbing, membina, mengajarkan, membentuk manusia Indonesiayang berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mampumewujudkan atau mengembangkan segala potensi yang ada pada diri manusia dalamberbagai konteks dimensi seperti moralitas, keberagaman, individualitas personalitas,sosialitas, keberbudayaan yang menyeluruh dan terintegrasi. Hal ini termaktub dalamUndang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional, sebagaimana yang termuat pada Bab II Pasal 3, bahwa“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watakserta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab” undang-undang tersebut di atas, dapat dimaknai sebagai upaya pendidikanuntuk mendorong terwujudnya generasi-generasi penerus bangsa yang memiliki karakterreligius, berakhlak mulia, cendekia, mandiri, dan demokratis. Pembangunan karakter yangmerupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi14Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung Remaja Rosdakarya, 2011, hal. Samani, Hariyanto, Konsep dan dan Model Pendidikan Karakter, Bandung RemajaRosdakarya, 2012, hal. Byrne, The Secret, Jakarta PT Gramedia, 2007, Murphy, Rahasia Kekuatan Pikiran Bawah Sadar, Jakarta Spektrum, 2002, hal. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202272oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti disorientasi danbelum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalammewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa danbernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasibangsa; dan melemahnya kemandirian mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimanadiamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahankebangsaan saat ini, maka pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satuprogram prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalamRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN tahun 2005-2025, dimanapendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunannasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila” Karakteristik Era MillenialGenerasi millennial adalah salah satu kelompok usia dari beberapa kelompokpembagian subkultur berdasarkan usia20. Pembagian generasi, atau yang biasa disebutgenerasi kohort cohorts generation merupakan salah satu hal yang perlu diperhatian dalampengambilan keputusan pemasaran manajerial2122mengungkapkan bahwa generasimillennial lahir di antara tahun 1980 hingga adalah kata benda yang berarti pengikut atau kelompok. Saat ini ada empatcohort besar dalam demografi, yaitu Baby Boomer lahir pada tahun 1946- 1964, Gen-Xlahir pada tahun 1965-1980, Millennial lahir pada tahun 1981-2000, dan Gen-Z lahirpada tahun 2001-sekarang. Dalam literatur lain, Menurut Absher dan Amidjaya bahwagenerasi millennial merupakan generasi yang lahirnya berkisar antara 1982 sampai dengan2002, selisih yang tidak terlalu signifikan23. Generasi millennial saat ini pada tahun 2017adalah mereka yang berusia 17-36 tahun; mereka yang kini berperan sebagai mahasiswa,early jobber, dan orangtua muda; seperti Afgan, Raisa, Agnes Monica, dan Raffi ini mereka adalah idola masyarakat dengan ciri khas musik yang agak mellow danlirik selalu dibumbui percintaan dan data BPS yang dikeluarkan pada tahun 2013, jumlah millennial Indonesiapada tahun 2015 diperkirakan mencapai 33% dari total penduduk Indonesia. Artinya, totalpopulasi millennial pada tahun 2015 mencapai 83 juta jiwa. Pada tahun 2020, proporsimillennial dapat mencapai 34% yang akan berada pada usia 20 hingga 40 tahun. Pada tahuntersebut, generasi millennial akan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia karenamulai berkurangnya populasi Gen-X dan Baby Boomer. Dengan demikian, terjadilah bonusdemografi. Populasi millennial terbanyak berada di pulau Jawa yang diperkirakan pada tahun2015 ada 47 juta dalam era millenial ini seperti google generation, net generation, echoboomers, dan dumbest generation. Oleh karena itu, masyarakat generasi millennial itu bisaditandai dengan meningkatnya penggunaan alat komunikasi, media dan teknologi informasi19Kemendiknas, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta Panduan PelaksanaanPendidikan Karakter, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011, hal. G. Schiffman & L. L. Kanuk, Consumer Behavior Tenth Ed, New Jersey Pearson, 2010.21P. C. Motta & C. Schewe, Are marketing management decisions shaped during one’s coming of age?Journal of Marketing Management Decisions, 1096-1110 tahun W. Fore, Next Generation Leadership Millennials as Leaders, United States ProQuest LLC,2012.23H. Ali & Lilik Purwandi, Millennial Nusantara Pahami Karakternya, Rebut Simpatinya, Jakarta PTGramedia Pustaka Utama, 2017, hal. Ali & Lilik Purwandi, Millennial..., hal. 8-11. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202273yang digunakan. Misalnya internet, MP3 player, youtube, facebook, instagram dan lainsebagainya. Generasi millennial merupakan inovator, karena mereka mencari, belajar danbekerja di dalam lingkungan inovasi yang sangat mengandalkan teknologi untuk melakukanperubahan di berbagai aspek Ali dan Lilik Purwandi menyimpulkan bahwa masyarakat Urban Middle-Class Millennial memiliki tiga karakter utama, yaitu 3C; connected, creative, dan connected, di mana generasi millennial adalah pribadi yang pandai bersosialisasi,terutama dalam komunitas yang mereka ikuti serta berkelana di media sosial. Kedua,creative, yaitu generasi yang biasa berpikir out of the box, kaya akan ide dan gagasan sertamampu mengomunikasikannya secara cemerlang yang dibuktikan dengan tumbuhnya industriyang dimotori oleh anak muda. Ketiga, confidence, yang ditandai dengan sikap percaya diri,berani mengungkapkan pendapat, serta tidak sungkan berdebat di depan publik, seperti yangterjadi di media gambar sudah banyak studi tentang generasi millenial di dunia, terutama diAmerika. Di antaranya studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group BCG bersamaUniversity of Berkley tahun 2011 dengan mengambil tema American MillennialsDeciphering the Enigma Generation. Tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center jugamerilis laporan riset dengan judul Millennials A Portrait of Generation penelitian-penelitian tersebut, karakteristik generasi millenial antara lainditandai dengan1. Millennial lebih percaya User Generated Content UGC daripada dibilang generasi millennial tidak percaya lagi kepada distribusi informasiyang bersifat satu arah. Mereka lebih percaya kepada user generatedcontent UGC atau konten dan informasi yang dibuat oleh perorangan. Merekatidak terlalu percaya pada perusahaan besar dan iklan sebab lebih mementingkanpengalaman pribadi ketimbang iklan atau review konvensional. Dalam hal polakonsumsi, banyak dari mereka memutuskan untuk membeli produk setelahmelihat review atau testimoni yang dilakukan oleh orang lain di Internet. Merekajuga tak segan-segan membagikan pengalaman buruk mereka terhadap Millennial lebih memilih ponsel dibanding Fatmawati, “. P. 2010, Agustus. Fatmawati, Endang. Visi Pustaka, 122.26H. Ali & Lilik Purwandi, Millennial..., hal. UrbanMiddle ClassMillenials Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202274Generasi ini lahir di era perkembangan teknologi, Internet juga berperan besardalam keberlangsungan hidup mereka. Maka televisi bukanlah prioritas generasimillennial untuk mendapatkan informasi atau melihat iklan. Bagikaum millennial, iklan pada televisi biasanya dihindari. Generasi millennial lebihsuka mendapat informasi dari ponselnya, dengan mencarinya ke Google atauperbincangan pada forum-forum yang mereka ikuti, supaya tetap Millennial wajib punya media di antara generasi millennial sangatlah lancar. Namun, bukan berartikomunikasi itu selalu terjadi dengan tatap muka, tapi justru sebaliknya. Banyakdari kalangan millennial melakukan semua komunikasinya melalui text messagingatau juga chatting di dunia maya, dengan membuat akun yang berisikan profildirinya, seperti Twitter, Facebook, hingga Line. Kemudian akun media sosial jugadapat dijadikan tempat untuk aktualisasi diri dan ekspresi, karena apa yang ditulistentang dirinya adalah apa yang akan semua orang baca. Jadi, hampir semuagenerasi millennial dipastikan memiliki akun media sosial sebagai tempatberkomunikasi dan Millennial kurang suka membaca secara orang yang suka membaca buku turun drastis pada generasi generasi ini, tulisan dinilai memusingkan dan millennial bisa dibilang lebih menyukai melihat gambar, apalagi jikamenarik dan begitu, millennial yang hobi membaca buku masih tetap ada. Namun,mereka sudah tidak membeli buku di toko buku lagi. Mereka lebih memilihmembaca buku online e-book sebagai salah satu solusi yang mempermudahgenerasi ini, supaya tidak perlu repot membawa buku. Sekarang ini, sudah banyakpenerbit yang menyediakan format e-book untuk dijual, agar pembaca dapatmembaca dalam ponsel Millennial lebih tahu teknologi dibanding orangtua semua serba digital dan online, tak heran generasi millennial jugamenghabiskan hidupnya hampir senantiasa online 24/7. Generasi ini melihat duniatidak secara langsung, namun dengan cara yang berbeda, yaitu dengan berselancardi dunia maya, sehingga mereka tahu segalanya. Mulai dari berkomunikasi,berbelanja, mendapatkan informasi dan kegiatan lainnya, generasi millennialadalah generasi yang sangat modern, lebih daripada orang tua mereka, sehinggatak jarang merekalah yang mengajarkan teknologi pada kalangan Millennial cenderung tidak loyal namun bekerja pada tahun 2025 mendatang, millennial akan menduduki porsitenaga kerja di seluruh dunia sebanyak 75 persen. Kini, tak sedikit posisipemimpin dan manajer yang telah diduduki oleh millennial. Seperti diungkap olehriset Sociolab, kebanyakan dari millennial cenderung meminta gaji tinggi,meminta jam kerja fleksibel, dan meminta promosi dalam waktu setahun. Merekajuga tidak loyal terhadap suatu pekerjaan atau perusahaan, namun lebih loyalterhadap dirinya sendiri. Millennial biasanya hanya bertahan di sebuah pekerjaankurang dari tiga tahun. Namun demikian, sebab kaum millennial hidup di erainformasi yang menjadikan mereka tumbuh cerdas, tak sedikit perusahaan yangmengalami kenaikan pendapatan karena memperkerjakan Millennial mulai banyak melakukan transaksi secara teknologi menyebabkan kaum milenial lebih menyukai modeltransaksi pembelian yang bersifat tunai cashless. Generasi ini lebih suka tidakrepot membawa uang, karena sekarang hampir semua pembelian bisa dibayar Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202275menggunakan kartu, sehingga lebih praktis, hanya perlu gesek atau tapping, baiksaat menumpang transportasi umum, hingga berbelanja baju dengan kartu kreditdan kegiatan jual beli lain generasi milenial diungkapkan Abuddin Nata yang antara lain1 suka dengan kebebasan; 2 senang melakukan personalisasi; 3 mengandalkan kecepataninformasiyang instant siap saji; 4 suka belajar; 5 bekerja dengan lingkungan inovatif, 6aktif berkolaborasi, dan 7 hyper technology288 critivcal, yakni terbiasa berfikir out of thebox, kaya ide dan gagasan; 9 confidence, yakni mereka sangat percaya diri dan beranimengungkapkan pendapat tanpa ragu-ragu; 10 connected, yakni merupakan generasi yangpandai bersosialisasi, terutama dalam komunitas yang mereka ikuti; 11 berselancar di sosialmedia dan internet29; 12 sebagai akibat dari ketergantungan yang tinggi terhadap internetdan media sosial, mereka menjadi pribadi yang malas, tidak mendalam, tidak membumi, atautidak bersosialisasi; 13 cenderung lemah dalam nilai-nilai kebersamaan, kegotong-royongan, kehangatan lingkungan dan kepedulian sosial; 14 cenderung bebas, kebarat-baratan dan tidak memperhatikan etik dan aturan formal, adat istiadat, serta Pendidikan Karakter untuk Generasi MillenialMengelola pendidikan di era milenial sudah tidak bisa dengan model pendidikankonvensional. Kecenderungan minat siswa yang dihadapi kini oleh para pengajar di sekolahsudah tidak sama dengan siswa masa lalu. Konsep pendidikan masa lalu, dalam gambaranFreire, disebut sebagai pendidikan gaya bank, yang justru mempertajam permasalahankontradiksi guru dan murid, dan miskin solusi. Bahkan Freire menyebutnya sebagaipendidikan kaum tertindas yang mencirikan a Guru mengajar, murid belajar; b Gurumengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa; c Guru berfikir, murid difikirkan; dGuru bercerita, murid patuh mendengarkan cerita; e Guru menentukan peraturan, muridpatuh diatur; f Guru memilih dan memaksakan pilihannya; g Guru berbuat, muridmembayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya; h Guru memilih bahan dan isipelajaran, murid menyesuaikan diri dengan pelajaran itu; i Guru mencampuradukkankewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untukmenghalangi kebebasan murid; j Guru adalah subjek dalam proses belajar, murid hanyalahobjek itulah, Freire manawarkan suatu konsep pendidikan yang disebut dengan“pendidikan pembebas”, yang menawarkan beberapa tawaran yang cukup signifikan untukmenjadikan siswa kreatif dan kritis dalam proses belajar a Pembaca harus mengetahui perandirinya; b Pada dasarnya praktek belajar adalah bersikap terhadap dunia; c Kapan sajamempelajari sesuatu, kita dituntut menjadi lebih akrab dengan bibliografi yang telah kitabaca, dan juga bidang studi secara umum atau bidang studi yang kita dalami; d Prilaku27Agnes Winastiti, Generasi Milenial dan Karakteristiknya, diakses dari pada tanggal 10/12/2018, pukul Tapscott, Grown Up Digital How the Net Generation is Changing Your World, AmerikaMcGraw Hill Professional, 2008.29Abuddin Nata, Pendidikan Islam di Era Milenial, IAIN Raden Fatah Jurnal Pendidikan IslamConciencia, diakses dari pada tanggal 12 Desember 2018, pukul hal. Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, Terj. Utomo Dananjaya, dkk, Jakarta LP3ES, 2000, Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202276belajar mengasumsikan hubungan dialektis antar pembaca dan penulis yang refleksinya dapatditemukan dalam tema teks tersebut, dan; e Prilaku belajar menuntut rasa rendah yang demikian itu disebabkan karena perubahan world view pandangan duniaterhadap ideologi yang berkembang. Kini, di hampir seantero dunia, suasana pendidikan telahdi-framing dengan nilai-nilai demokrasi. Cita-cita penyelenggaraan pendidikan dimuarakanpada upaya demokratisasi. Maka salah satu asupan ideologis generasi milenial saat ini adalahpendidikan demokratis. Dengan demokratisasi pendidikan setidaknya akan mendorong padamanifestasi tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis32,yakni suatu tatanan masyarakat yang telah memiliki sistem yang mengatur segala kegiatandengan baik, baik yang bersifat internal maupun ekternal. Maka dalam konteks pendidikan,proses demokratisasi pendidikan sejatinya membawa manfaat pada upaya reformasi praktikkehidupan ke arah terbangunnya 1 Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia; 2 Setiapmanusia memiliki perubahan ke arah pemikiran yang sehat; 3 Rela berbakti untukkepentingan dan kesejahteraan bersama33. Atau dalam kata lain, pendidikan sebagai haksetiap bangsa harus menghargai hak azasi manusia. Tidak boleh ada diskriminasi, apalagieksploitasi. Semua proses penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan kebutuhandasar manusia, berorientasi pada manusia dan kemanusiaan human and humanity oriented.Prinsip-prinsip demokrasi pendidikan di atas dipengaruhi oleh ide-ide dan yang lahirdari alam pikiran, sifat, dan jenis masyarakat dimana mereka berada. Sudah barang tentudalam sebuah masyarakat yang hidup di Indonesia, dengan ideologi demokrasi pancasilasebagai way of life, maka kultur pendidikan yang terbangun juga tidak terlepas dari nilai-nilaidemokrasi itu sendiri. Karena pengembangan demokrasi pendidikan itu sangat dipengaruhioleh latar belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat34. Perubahan model pendidikandari paradigma lama old paradigm ke arah demokrasi akan turut mengubah kulturpembelajaran. Sebagai contoh, guru yang dulunya dianggap sebagai transformator ilmukepada peserta didik, kini telah berubah menjadi fasilitator, dinamisator, mediator, danmotivator35. Keberadaan guru yang seperti inilah, menurut Paolo Freire, akan membuka krankebebasan, sekaligus mendorong terciptanya proses interaksi dinamis antara pendidik danpeserta didiknya dalam proses pembelajaran di kelas36. Jadi demokrasi pendidikan akanmendorong tumbuhnya iklim egalitarian kesetaraan atau kesamaan derajat dalamkebersamaan antara pendidik dan peserta didik. Di samping itu demokrasi pendidikan31Paulo Freire, Politik Pendidikan,Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Penerjemah AgungPrihantoro, dkk, Yogyakarta Read bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2000, hal. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Dalam Abad 21, Cetakan pertama,Yogyakarta Safiria Insani Press, 2003, hal. dalam pendidikan menjamin nilai-nilai persaudaraan dan hak manusia denganmemandang perbedaan antara satu dengan yang lainnya baik hubungan antara sesama peserta didik atauhubungan antara peserta didik dengan gurunya yang saling menghargai danmenghormati. Dari acuan prinsipinilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus dididik, karena dengan pendidikan itu manusia akan berubahdan berkembang kearah yang lebih sehat, baik, dan sempurna. Sedangkan poin ketigamengacu pada asumsibahwasanya kesejahteraan dan kebahagiaan hanya akan dapat tercapai apabilasetiap warga negara atau anggotamasyarakat dapat mengembangkan tenaga atau pikirannya untuk memajukan kepentingan bersama. Lebih lanjutlihat; M. Djumransjah, Pengantar Filsafat Pendidikan..., hal. Fisafat..., hal. kerangka demokrasi, fasilitator pendidik harus memberi kesempatan kepada peserta didikuntuk menemukan sendiri makna informasi yang diterimanya. Sebagai dinamisator, pendidik harus berusahamenciptakan iklim pembelajaran yang dialogis dan berorientasi pada proses. Sebagai mediator, pendidik harusmemberikan rambu-rambu atau arahan agar peserta didik bebas berjalan. Sebagai motivator, pendidik harusselalu memberikan dorongan kepada peserta didik bersemangat dalam menuntut ilmu. Lebih lanjut lihat;Abdullah Idi Dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Cetakan pertama, Yogyakarta; Tiara Wacana,2006, hal. Idi Dan Toto Suharto, Revitalisasi..., hal. 155. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202277merupakan cara yang paling strategis bagi pembentukan civil society37. Sehingga sistemdemokrasi pendidikan akan dapat mengacu kepada proses pendidikan yang dilaksanakansesuai dengan cita-cita dan kehendak civil Indonesia, demokrasi sebagai framing besar pendidikan nasional berorientasi padapembentukan karakter. Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untukmengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan mulia tersebut tentusaja bermuara pada adab. Supaya peserta didik menjadi manusia paripurna yangkarakteristiknya layak untuk dibebankan amanah dalam mengurusi berbagai persoalankehidupan berbangsa dan bernegara, terlebih menjadi pemimpin di berbagai saja, di tengah realitas generasi milenial sekarang ini, setidaknya akanmemunculkan tiga dilema terkait upaya pendidikan karakter. Pertama, kehadiran teknologiinformasi mutakhir akan berakibat lahirnya sistem pembelajaran yang mekanik. Interaksiyang paling menguat di sini adalah interaksi mesin teknologi. Sehingga interaksi humanisbaik antara guru dengan siswa maupun antarsesama siswa akan tergerus. Kedua, konsekuensidari era milenial akan memanjakan peserta didik. Spirit kerja keras dan belajar keras studyhard di kalangan guru dan siswa akan melemah karena segalanya secara instan tersaji dalamlayanan internet. Alhasil kreatifitas peserta didik juga akan menurun. Mereka akan lebihgemar meniru ketimbang menciptakan yang baru. Dan ketiga, tingkat orisinalitas karya akanmenurun. Oleh karena kecanggihan teknologi dalam menyajikan data, tidak sedikit dosen,guru, mahasiswa, dan siswa yang membuat karya secara demikian, untuk menyikapi hal tersebut tidak lantas solusinya denganmeniadakan perangkat teknologi dalam proses pembelajaran. Itu sama saja denganmengembalikan pendidikan ke paradigma lama. Jika itu terjadi, maka sekolah kembalimenjadi tempat yang membosankan, menjenuhkan, bahkan menakutkan bagi peserta sistem pembelajaran yang baik, selain efektif dan efisien, juga harus mempunyaidaya tarik39. Sementara generasi milenial, yang lebih tepat disebut sebagai “generasi media”,adalah generasi yang tiada hari tanpa media. Tentu saja pembelajaran yang menarik bagimereka adalah pembelajaran yang berbasis media. Untuk itu, diperlukan pendekatan barudalam mendampingi siswa ketika menggunakan media dalam proses pembelajaran, yangmenurut Arsyad diklasifikasikan pada empat kelompok40 1 Media hasil teknologi cetak; 2Media hasil teknologi audio-visual; 3 Media hasil teknologi berbasis komputer; 4 Mediahasil gabungan teknologi cetak dan penulis, beberapa penekanan yang perlu dilakukan oleh guru dalam prosespembelajaran terhadap generasi milenial antara lain, pertama, kejujuran ilmiah. Dalamkonteks ini seorang guru atau dosen harus benar-benar memeriksa karya tulis siswa, apakahorisinal atau plagiasi. Dengan alat bantu teknologi sebetulnya guru dan dosen dengan begitumudah dapat mendeteksi orisinalitas karya siswa melalui aplikasi. Namun tidak semua guru37Menurut Dawam Raharjo, muncul tiga asumsi seputar hubungan civil society dengan demokrasi,pertama; demokrasi hanya dapat berlangsung apabila social society sudah kuat. Kedua; demokrasi hanya dapatberlangsung apabila peranan negara dikurangi tanpa mengurangi aspek efektivitas dan efisensi yangmenyertainya dan pertimbangan pembagian kerja yang saling memperkuat antara masyarakat dan demokratisasi dapat berkembang melalui peningkatan kemandirian atau independensi civil society daritekanan dan kooptasi negara. Dari korelasi diatas pendidikan sungguhnya bisa menjadi sarana yang strategisbagi penciptaan civil society dan demokrasi. Lihat; Abdullah Idi Dan Toto Suharto, Revitalisasi..., hal. Idi Dan Toto Suharto, Revitalisasi..., hal. Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi danKomunikasi; Mengembangkan Profesionalitas Guru, Jakarta PT. Rajagrafindo Persada, 2013, hal. Arsyad, Media Pembelajaran, JakartaGrafindo Persada, 2002, hal. 35. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202278dan dosen melakukan ini. Apalagi jika karya tulis tersebut dikumpul dalam bentuk hard para guru dan dosen dapat mengantisipasinya dengan turut mengumpulkan softcopy karya tulis siswa, supaya memudahkan mereka untuk mendeteksi begitu, peserta didik akan terlatih bersikap jujur dan bertanggungjawab. Dan tradisikejujuran ilmiah akan terbangun dalam proses metode tabayyun. Istilah tabayyun merupakan terminologi Islam yangdireaktualisasi sebagai “senjata” dalam merespon fenomena hoax berita bohong yang akhir-akhir ini menghantui generasi milenial. Metode ini dirujuk dari al-Qur’an, dimana Allahmengatakan“Hai orang-orang yang beriman jika datang kepada kamu seorang yang fasikmembawa suatu berita, maka bersungguh-sungguhlah mencari kejelasan agar kamutidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan yangmenyebabkan kamu atas perbuatan kamu menjadi orang-orang yang menyesal” 6 metode tersebut bersumber dari ajaran Islam, namun melihatsignifikansinya, metode tersebut bisa dijadikan sebagai metode umum dalam menangkalhoax. Mungkin tidak harus menggunakan istilah tabayyun. Bisa saja digunakan padanannyasemisal korektif, mawas, atau selektif. Metode seperti ini sangat diperlukan di tengah bangsayang sedang dilanda wabah virus historis, perilaku hoax bukanlah barang baru. Bahkan ia telah ada sejak awalmula manusia, yakni di jaman Nabi Adam. Hanya saja, hoax di era millenial kini merambahmelalui media. Ia muncul hadir di gadget masing-masing dengan bantuan saluran internet,baik melalui aplikasi WA Whatshap, Instagram, Fecebook, dan lain-lain42. Sementaragenerasi millenial tidak pernah lepas dari gadget. Seperti yang telah dikemukakansebelumnya, pendidikan di era millenial juga tidak bisa lepas dari penggunaan perangkatteknologi informasi berbasis internet. Dan faktanya, sudah tidak sedikit kasus hoax yang telahmembuat gaduh republik ini. Salah satu contoh yang paling teranyar adalah kasusRachmawati yang mengatakan ia dipukuli sampai babak belur, padahal ternyata berita itubohong. Alhasil beliau masuk penjara hanya gara-gara kasus hoax itulah, di era globalisasi sekarang ini, di mana kebebasan informasi kianterbuka lebar, dan dunia seakan telah menjadi kampung global global village43, makagenerasi milenial dituntut untuk lebih selektif dalam membaca berita dan informasi. Dalamhal ini peran guru dan dosen sangat signifikan untuk mengarahkan proses pembelajaran kearah penemuan informasi-informasi yang akurat. Paling tidak ada dua cara yang dilakukanguru dan dosen. Pertama, membangun budaya berpikir logis, di mana peserta didik diarahkanuntuk memahami secara logis segala informasi yang dibaca. Terkadang ada berita yang tanpamelakukan cross check pun, dengan membaca narasi beritanya saja, kita sudah tau bahwaberita tersebut unrasionable tidak masuk akal. Di sinilah peran logika peserta didik perlu di-on-kan. Karena jika logika mereka off, maka berita hoax akan mudah masuk. Kedua,melakukan cross check terhadap berita. Namun kendalanya, terkadang berita yang ingin di-cross check terhadap fakta-fakta empirik mengalami kelemahan karena letak geografis tempatperistiwa terjadi sangat jauh. Sehingga dalam konteks ini peserta didik tetap diarahkan untuksenantiasa ragu, sebelum fakta kebenaran dari berita itu ditemukan. Kecuali jika berita yang41Tim Penyusun Departemen Agama, al-Qur’an Terjemah, Semarang Cv Toha Putra, 1989, Kholis, “Melawan Budaya Informasi Hoax”, Dalam A. Wahyudin, & M. Suantari, Melawan Hoaxdi Media Sosial dan Media Massa, Yogyakarta Trust Media Publishing, 2017, hal. Al Walidah, Tabayyun di Era Generasi Millenial, JURNAL LIVING HADIS, Vol. 2 Nomor 1,Oktober, 2017, hal. 328. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202279disajikan dalam bentuk video visual, dengan catatan video tersebut telah medorong kreativitas. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnyabahwa generasi milenial ini berpotensi untuk menjadi generasi copy-paste. Ini berbahaya bagimasa depan kreativitas peserta didik. Karenanya para guru dan dosen di era milenial sejatinyamengalokasikan waktu untuk mengarahkan mereka dalam melakukan kerja-kerja kreatif. Adakalanya guru dan dosen mengajak peserta didik untuk merumuskan, merancang, danmemikirkan sesuatu secara kreatif tanpa menggunakan alat bantu internet google. Supayapeserta didik terbiasa berpikir kreatif, tidak hanya mengutip dan meniru apa yang telah adadari sumber internet. Sedangkan yang keempat adalah menghidupkan interaksi diakui bahwa perkembangan teknologi mutakhir bisa menggantikan peran danpositioning guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Jika ini terjadi, bisa-bisaproses pembelajaran hanya berisi interaksi vis a vis antarmesin, tidak ada manusia daninteraksi kemanusiaan. Untuk itulah para guru harus menekankan interaksi humanis dalamproses pembelajaran meskipun penggunaan media teknologi informasi tetap ada. Sementarapenggunaan media teknologi informasi hanyalah alat bantu bagi guru, bukan wakil PenutupDari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pertama, pendidikan karakterdi Indoensia berorientasi pada pembangunan manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadiwarga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kedua, era milenial merupakankonsekuensi dari globalisasi, dan dapat disebut pula sebagai era post-modernisme. Sebuah erayang generasinya seringkali disebut sebagai generasi medsos, generasi gadget, dan generasigoogle. Atau dalam kata lain, generasi milenial adalah generasi yang ciri utamanya lebihakrab dengan suasana teknologi informasi. Ketiga, oleh karena liberalisasi teknologiinformasi dapat berimplikasi negatif terhadap penggerusan moralitas bangsa, makadiperlukan model pendidikan karakter yang lebih fleksibel untuk generasi milenial, yangantara lain menekankan proses pembelajaran berbasis media pada empat hal kejujuranilmiah, metode tabayyun cross check, mendorong kreativitas, dan membangun interaksihumanis. Pendidikan karakter dengan model demikian dalam proses pembelajaran berbasismedia teknologi informasi akan membangun suasana pembelajaran yang tidak hanyabersahabat dengan dunia teknologi, tetapi juga menguatkan kepribadian yang kritis, kreatif,jujur, bertanggungjawab, dan beradab civilized, sesuai dengan tujuan pendidikan nasionalitu PustakaAli, H. & Lilik Purwandi. 2017. Millennial Nusantara Pahami Karakternya, RebutSimpatinya. Jakarta PT Gramedia Pustaka A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta Grafindo David. 2001. Introduction of Cyberculture. London Karen, D. Farmer, Kevin Ryan. 2001. Building Character in Schools ResourceGuide. California Jossey David and Goble, F. 1997. The Case for Character Education The Role of theSchool in Teaching Values and Virtue. California Studio Rhonda. 2007. The Secret. Jakarta PT W. Fore. 2012. Next Generation Leadership Millennials as Leaders. United StatesProQuest M. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Cetakan Pertama. Malang BayuMedia Publishing. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202280Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1980. Kamus Inggris Indonesia. Cetakan Paulo. 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, Terj. Utomo Dananjaya, dkk. Jakarta Paulo. 2000. Politik Pendidikan,Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan,Penerjemah Agung Prihantoro, dkk. Yogyakarta Read bekerjasama denganPustaka diakses pada tanggal12 Desember 2018, pukul Abdullah Dan Toto Suharto. 2006. Revitalisasi Pendidikan Islam. Cetakan Tiara Anwar. 1985. Kerangka Dasar Pembaharuan Pendidikan Islam Tinjauan Conference Book, 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta PanduanPelaksanaan Pendidikan Karakter, Pusat Kurikulum dan N. 2017. “Melawan Budaya Informasi Hoax”, Dalam A. Wahyudin, & M. Suantari,Melawan Hoax di Media Sosial dan Media Massa. Yogyakarta Trust 2003. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Dalam Abad 21,Cetakan pertama. Yogyakarta Safiria Insani P. C. & C. Schewe. 2008. Are marketing management decisions shaped during one’scoming of age? Journal of Marketing Management Decisions, Joseph. 2002. Rahasia Kekuatan Pikiran Bawah Sadar. Jakarta Abuddin. 2018. Pendidikan Islam di Era Milenial, IAIN Raden Fatah JurnalPendidikan Islam Conciencia, diakses dari pada tanggal 12 Desember, 2000. Fisafat Pendidikan Untuk IAIN, PTAIN, PTAIS. Cetakan kedua. BandungCV. Pustaka M. Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Edisi Kedua. CetakanKelimabelas. Bandung PT. Remaja Deni Kurniawan, Cepi Riyana. 2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasidan Komunikasi; Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta Muchlas dan Hariyanto. 2012. Konsep dan dan Model Pendidikan Remaja L. G. & L. L. Kanuk. 2010. Consumer Behavior Tenth Ed. New Jersey dan Mr. Agwan. 2000. Encyclopaedia of the Holy Qur’an. New DelhiBalaji Offset. Edisi Ahmad. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung Remaja Don. 2008. Grown Up Digital How the Net Generation is Changing Your McGraw Hill Penyusun Departemen Agama. 1989. al-Qur’an Terjemah. Semarang Cv Toha Alvin. 1980. Author of Future Shock, The Third Wave. New York William Morrowand Company, Inc. Al-Ikhtibar Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 9 No. 2, Juli-Desember 202281Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Agnes. 2018. Generasi Milenial dan Karakteristiknya, diakses dari pada tanggal 10/12/, Iffah Al-. 2017. Tabayyun di Era Generasi Millenial. JURNAL LIVING HADIS,Vol. 2 Nomor 1, Oktober. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Nusantara Pahami Karakternya, Rebut SimpatinyaH Daftar Pustaka AliLilik PurwandiDaftar Pustaka Ali, H. & Lilik Purwandi. 2017. Millennial Nusantara Pahami Karakternya, Rebut Simpatinya. Jakarta PT Gramedia Pustaka Pembelajaran. Jakarta Grafindo PersadaA ArsyadArsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta Grafindo of CybercultureDavid BellBell, David. 2001. Introduction of Cyberculture. London Character in Schools Resource GuideKaren BohlinD FarmerKevin RyanBohlin, Karen, D. Farmer, Kevin Ryan. 2001. Building Character in Schools Resource Guide. California Jossey Case for Character Education The Role of the School in Teaching Values and VirtueDavid BrooksF GobleBrooks, David and Goble, F. 1997. The Case for Character Education The Role of the School in Teaching Values and Virtue. California Studio DjumransjahDjumransjah, M. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Cetakan Pertama. Malang Bayu Media M EcholsDan HassanShadilyEchols, John M. dan Hassan Shadily. 1980. Kamus Inggris Indonesia. Cetakan Ketujuh. Jakarta Kaum Tertindas, Terj. Utomo Dananjaya, dkkPaulo FreireFreire, Paulo. 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, Terj. Utomo Dananjaya, dkk. Jakarta Pendidikan,Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Penerjemah Agung Prihantoro, dkk. Yogyakarta Read bekerjasama dengan Pustaka PelajarPaulo FreireFreire, Paulo. 2000. Politik Pendidikan,Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Penerjemah Agung Prihantoro, dkk. Yogyakarta Read bekerjasama dengan Pustaka Pelajar. Objekpenelitian ini adalah mahasiswa yang bergantung pada gadget dalam kehidupan sehari-hari dan mahasiswa dalam peran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan moral dan karakter di era generasi milenial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Setiap negara pasti menginginkan suatu warga negara nya berakhlaq mulia. baik terhadap seagama maupaun tidak seagama. Tetapi dapat dilihat pada pesat lajunya era globalisasi saat ini banyak dari anak kecil sampai anak remaja yang tidak memiliki akhlaq. Salah satunya tidak berakhlaq sesama yang lebih tua. Contoh nya, tidak berakhlaq terhadap orang tua, guru, teman, tetangga, dan orang-orang yang ada disekitar nya. Hal ini dapat mempengaruhi warga negara yang tinggal di negara dari itu, saya di sini akan menjelaskan bagaimana caranya membentuk karakter generasi millenial yang berakhlaq millenial adalah era yang ditandai antara lain oleh lahirnya generasi yang memiliki ciri-ciri 1 Suka dengan kebebasan; 2 senang melakukan personalisasi; 3 mengandalkan kecepatan informasi; 4 suka belajar; 5 bekerja dengan lingkungan inovatif; 6 aktif berkolaborasi; 7 kaya ide dan gagasan; 8 percaya diri dan berani mengungkapkan pendapat tanpa ragu; 9 pandai bersosialisasi; 10 berselancar di sosial media dan internet. Sebagai akibat dari ketergantungan yang tinggi terhadap internet dan media sosial, mereka menjadi pribadi yang malas, tidak mendalam, tidak membumi, tidak bersosialisasi, cenderung lemah dalam nilai-nilai kebersamaan, kegotong royongan, kehangatan lingkungan, kepedulian sosial, cenderung bebas, kebarat-baratan, dan tidak memperhatikan etika, aturan formal, adat istiadat, tata krama dan akhlaq. Dalam membentuk karakter generasi millenial yang berakhlaq mulia yaitu dapat di lihat dengan sifat dan karakteristik pendidikan islam, perhatian terhadap perbaikan karakter, pendidikan islam dalam penyiapan generasi unggul, meneladani sifat Rasulullah SAW. Dan menyiapkan sumber daya manusia dan mengatasi berbagai problema kehidupan yang timbul di era memperhatikan catatan tersebut di atas, dapat merubah dan membentuk karakter generasi millenial yang berakhlaq mulia. Sehingga dengan adanya upaya tersebut dapat terciptanya dan terbentuknya warga negara yang berakhlaq mulia. Lihat Pendidikan Selengkapnya
Contohpidato pendidikan moral pelajar.Di era globalisasi ini pendidikan moral sudah dipandang sebelah mata. Sebelumnya kita telah mengetahui contoh pidato singkat tentang pendidikan karakter di mana contoh pidato dalam artikel tersebut berisi betapa pentingnya pendidikan karakter artikel kali ini juga akan menyajikan contoh pidato tentang pendidikan khususnya pendidikan moral seperti hanya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Setiap tanggal 2 mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional atau Hardiknas. Hari pendidikan nasional ditetapkan pemerintah indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan taman siswa. Dia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak - anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengeyam bangku menurut Ki Hadjar Dewantara adalah tuntutan di dalam tumbuhnya anak - anak adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodarat yang ada pada anak anak itu agar menjadi anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi - tingginya. Tentu dalam proses pendidikan perlu adanya penanaman sebuah nilai karakter atau yang sering di kenal pendidikan karakter. Menurut Muslich Pendidikan karakter adalah usaha yang terarah melalui lingkungan pembelajaran untuk tumbuh kembangnya seluruh potensi manusia yang memiliki watak berkepribadian baik, bermoral, berakhlak dan berefek positif bagi masyarakat sekitar. Cara mendidik mereka lebih banyak menggunakan pendekatan pribadi yang membuat interaksi guru dengan murid lebih erat. Penanaman kekeluargaan sangat ditanamkan kepada seluruh siswa yang bertujuan untuk saling memiliki rasa empati, hormat dan saling rendah hati. Pendidikan merupakan suatu ajang yang digunakan untuk meningkatkan kecerdasan, prestasi, ketrampilan serta persaingan tentang moral dan karakter sebagai tumpuan utama untuk diajarkan kepada seorang anak. Lembaga pendidikan harus berlomba - lomba untuk menonjolkan kurikulum yang dipercaya bisa menciptakan generasi muda dari usia sedini mungkin, Salah satu yang mengubah pendidikan karakter adalah peran para orang tua yang masing - masing ingin anaknya tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain dengan prestasi yang anak buat. Bila dilihat dari tenaga pendidik zaman sekarang. Perekrutan tenaga pendidik sekarang lebih mengutamakan nilai kelulusan dan sertifikasi yang dimiliki era milenial sering dituntut dengan ekonomi sehingga membuat dedikasi mengajar sebagai suatu pelayanan menjadi berkurang. Masyarakat sekarang lebih mengarah ke individualis masing - masing mereka hanya ingin tenar dengan apa yang diperoleh. Interaksi pun semakin personal, Mereka lebih cenderung berinteraksi dengan orang jauh dibanding dengan orang disekelilingnya. Tentu ini berdampak pada pendidikan karakter anak yang semestinya dapat melatih komunikasi kepada orang perkataan Melisa Rosalina, "pendidikan membuat kepribadian seseorang siswa melalui budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang baik dari tingkah laku, sifat serta kebiasaan". Bagaimana cara menghormati, cara memiliki rasa empati dan lainnya. Seorang anak yang tumbuh kembang dalam lingkungan tanpa pendidikan karakter, mereka akan cenderung merenung dan menyendiri untuk melakukan segala sesuatu yang membuatnya senang tanpa berinteraksi dengan orang lain. Pendidikan karakter yang semestinya harus ditanamkan sedini mungkin. Karena dengan pendidikan karakter anak dapat mengembangkan potensi dasar dalam dirinya sehingga menjadi individu yang berfikir baik, baik hati serta berperilaku baik. Lihat Pendidikan Selengkapnya
32 Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Generasi muda. 3.2.1 Fungsi Pendidikan Karakter. Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mampu menjadi solusi di tengah-tengah badai gelombang IT yang begitu dahsyat. Ada 18 delapan belas pendidikan karakter yang merupakan indikator dari sebuah pendidikan yang berkah. Pertama adalah religius, yang menghubungkan kita dengan Allah SWT, dan memanusiakan manusia. Kedua adalah jujur, hal yang berat dan pahit, serta butuh pembiasaan untuk pembudayaan. Ketiga adalah Toleransi, dimana hal ini wajib ada dalam keberagaman Indonesia. Keempat adalah disiplin, selalu komit dengan yang telah ditetapkan. Kelima adalah Kerja keras, karena tidak ada saat ini yang dapat kita raih dengan cuma-cuma. Keenam adalah kreatif, mampu menciptakan ide dalam setiap masalah yang dihadapi. Ketujuh adalah mandiri, mampu menyelesaikan masalah. Kedelapan adalah demokratis, mampu menampung setiap masukan yang diberikan. Kesembilan adalah rasa ingin tahu yang membuat kita selalu belajar. Kesepuluh adalah semangat kebangsaan, rasa memiliki dan memajukan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Padaarticle ini anda akan simak salah satu contoh pidato yang bertemakan Generasi Milenial. Anda bisa mengambilnya atau bahkan menjadikannya sebagai contoh dan referensi dalam pembuatan naskah pidato atau ceramah singkat lainnya. Contoh Pidato Singkat Tentang Generasi Milenial Yang Terhormat Bapak/Ibu Kepala Sekolah..
Buatkan contoh pidato tentang pendidikan di era milenial 1. Buatkan contoh pidato tentang pendidikan di era milenial 2. Apa nama gambar cerita pendidikan karakter Era milenial​ 3. plisss buatin dong pidato dengan tema pendidikan di era milenial plisssss​ 4. siapa saja tokoh pendidikan dunia Era milenial? ​ 5. pendidikan indonesia semakin berkembang era milenial mempengaruhi pendidikan di indonesia 6. apa dan bagaimana peran sosiologi pendidikan di era milenial? 7. Bagaimana strategi untuk mengembangkan pendidikan karakter di zaman milenial 8. pendidikan di indonesia semakin berkembang era milenial mempengaruhi pendidikan di indonesi 9. Buatlah pidato tentang perkembangan teknologi di era milenial 10. tolong buatin teks pidato dengan tema pemuda pancasila di era milenial 11. rangkuman tugas tvri "pendidikan di era milenial" butuh ..​ 12. Fungsi sosiologi pendidikan di era milenial 13. pidato bahasa Jawa dengan tema memperkenalkan permainan tradisional di era milenial 14. Apa dan bagaimana Peran sosiologi pendidikan di era milenial? 15. buatlah pidato tentang komitmen generasi muda dalam membentuk karakter bangsa melalui Pancasila di era milenial. TOLONG KAK​ 1. Buatkan contoh pidato tentang pendidikan di era milenial Jawaban coba cek pidato nadiem makarim kan pidato nya jg mengenai pendidikan juga di era milenialPenjelasan semoga bermanfaat 2. Apa nama gambar cerita pendidikan karakter Era milenial​ JawabanBanyak yang menganggap pendidikan karakter sudah tidak begitu diperlukan pada era milenial. Berbagai pendapat percaya bahwa dalam era tersebut karakter manusia cenderung ditentukan oleh keberadaan teknologi sehingga memisahkan pribadi dengan pribadi dalam konteks yang menegakkan prinsip kebersamaan sebagai bagian dari komunitas besar. Di samping itu, terdapat pandangan bahwa generasi milenial memiliki karakteristik komunikasi yang terbuka, pengguna media sosial yang fanatik, kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi, serta lebih terbuka dengan pandangan politik dan pihak lain, terdapat pandangan yang mengatakan bahwa generasi milenial cenderung sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya. Atas dasar tersebut, pendidikan karakter tentu saja masih akan mengambil peranan penting dalam berbagai proses dan dinamika pembelajaran, baik pada satuan pendidikan formal maupun nonformal dan informal. Pendidikan karakter akan menjadi salah satu ciri dalam proses interaksi yang terjadi antarberbagai kelompok dan komunitas yang ada pada berbagai strata ini memberikan tidak saja wawasan berupa teori yang selama ini cenderung menjadi paradigma berpikir, tetapi juga dikaitkan dengan pengalaman dan cerita-cerita yang nyata ada dalam lingkungan masyarakat kecil maupun menengah. Pendidikan karakter dan nilai karakter yang dituangkan dalam buku ini akan mendekatkan penerapan dengan kejadian yang ada sehari-hari dan bukan sebagai sesuatu yang memerlukan pemikiran yang IsiBab I Mengapa Karakter Penting dalam KehidupanA. Perubahan Mental dalam MasyarakatB. Krisis WatakC. Membangun Kembali WatakBab II Era dan Generasi MilenialA. Pengertian MilenialB. Ciri-Ciri Generasi MilenialBab III Kebijakan Terkait KarakterA. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan KarakterB. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan FormalC. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Gerakan Pembudayaan Karakter di SekolahBab IV Karakter Milenial dari KehidupanJANGAN LUPA BINTANG 5 AMA JAWABAN TERBAIK YA! 3. plisss buatin dong pidato dengan tema pendidikan di era milenial plisssss​ bisa aku,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️✉️jawabnya adalah lihat di youtube 4. siapa saja tokoh pendidikan dunia Era milenial? ​ JawabanSandiaga UnoNadiem MakarimGanjar PranowoRidwan KamilNajwa ShihabPenjelasankalo salah jangan reportJawabanTokoh Intelektual yang Digemari Generasi Milenial di 2019; kamilPenjelasan teknologi informasi dan komunikasi membawa arus perubahan. Perubahan dalam bidang pendidikan, perdagangan hingga pemerintahan. Kini, di era globalisasi tidak bisa di pungkiri bahwa seiring perkembangnya teknologi yang berbasis digital application, sistem interaksi sosial di masyarakat mulai yang semakin pesat, mempermudah masyarakat dalam melakukan aktivitas. Perkembangan teknologi dan informasi masa kini, menawarkan banyak kemudahan. Masyarakat diberikan fasilitas penunjang dalam kegiatan sehari-hari. Sehingga memudahkan masyarakat dalam beraktivitas. Dengan mudahnya akses komunikasi, hal tersebut menunjang dalam dunia pendidikan. Penerapan teknologi komunikasi dan informasi di dunia pendidikan menjadi suatu hal yang diwajibkan. Pasalnya, kini setiap sekolah maupun citivas akademi lainnya telah menggunakan teknologi sebagai penunjang telah merasuki generasi masa kini. Globalisasi juga menyebabkan pergeseran dalam dunia pendidikan yang semula bersistem tatap muka mulai mengarah pada sistem online. Dengan masuknya globalisasi dalam dunia pendidikan mengakibatkan interaksi antar manusia ikut bergeser dan tanpa di pungkiri lagi bahwasanya hal tesebut akan semakin era globalisasi yang berbasis digital application dalam dunia pendidikan. Hal ini akan membantu jalannya proses pembelajaran dan juga bisa meningkatkan hasil kinerja. Semakin banyaknya pengguna teknologi dalam dunia pendidikan akan mengakibatkan perubahan model pembelajaran. Karena hal tersebut lebih efektif dan efisien, tanpa memerlukan banyak waktu dan tenaga. Sehingga lambat laun masyarakat akan lebih memilih sistem pembelajaran online daripada pembelajaran konvensional tatap muka.Perkembangan berbagai media pembelajaran ini seiring dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat. Dinamika teknologi kini mencapai akselerasi yang luar biasa. Teknologi yang telah dipelajari beberapa tahun lalu telah tergantikan dengan dengan teknologi yang baru masuk termasuk pembelajaran yang bersifat pembelajaran yang diberikan dalam teknologi untuk dunia pendidikan dirasa cukup efektif. Pendidikan jarak jauh distance learning antara guru dan murid yang berada tidak dalam satu tempat atau hubungan jarak jauh. Dan teknologi juga memberikan banyak pilihan pembelajaran lainnya yang dapat dinikmati khalayak umum dengan sangat mudah. Sekarang kita juga tengah merasakan kemudahan belajar hanya dengan mengakses aplikasi digital seperti e-journal, e-library dan satu model pembelajaran yang telah diterapkan oleh beberapa masyarakat adalah model E-learning. E-learning merupakan bentuk model pembelajaran yang difasilitasi dan didukung pemanfaatannya teknologi informasi dan komunikasi. Istilah E-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah tranformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah atau perguruan tinggi ke dalam bentuk digital yang dijembatani teknologi internet. Munir,2009169.Di Indonesia, sistem pendidikan konvensional masih banyak dilakukan dalam civitas akademi. Khususnya daerah yang masih tergolong pedesaan. Karena di luar negeri seperti Perancis juga telah menggunakan layanan pendidikan online yang menjadi bukti pergeseran arah dunia pendidikan. Apalagi kini, zaman sekarang yang menuntut perubahan besar dalam dunia pendidikan. Dimana pendidikan dijadikan patokan dalam sebuah bermasyarakat. Sehingga pendidikan bermutulah yang mempunyai pengetahuan luas untuk mentransfer milenial millennial generation generasi yang lahir dalam rentang waktu awal tahun 1980 hingga tahun 2000 atau Gen-Y. Disebut generasi milenial karena generasi yang hidup di pergantian millennium. Bersamaan dengan merasuknya teknologi digital ke segala sendi kehidupan. Teknologi digital yang telah menjadi kebutuhan dasar pada generasi ini. Pada generasi milenial, yaitu generasi yang sudah melek teknologi digital, dimana tiap informasi dengan mudah diakses lewat banyak orang berpandangan bahwasannya telah terjadi pergeseran nilai-nilai sosial ketimuran. Karena lebih terbuka pemikirannya dengan mudah mengadopsi nilai-nilai sosial daerah barat yang lebih modern. Memang benar, hal tersebut juga telihat jelas dalam kehidupan kita. Banyak remaja yang mulai bergaya layaknya orang barat, sehingga kehidupan social mereka semakin tergerus. Hubungan komunikasi jarak jauh yang hanya dihubungan oleh media dan internet. Membuat komunikasi jarak dekat atau komunikasi langsung semakin jarang di lakukan. Sehingga, nilai social yang berlangsung dalam komunikasi tersebut semakin pudar. Remaja rentan saling berbicara secara langsung mereka memilih menggunakan media internet sebagai jalannya komunikasi. Jika hal ini semakin gencar dilakukan lambat laun dunia nyata dalam hal interaksi akan membantu.....- 5. pendidikan indonesia semakin berkembang era milenial mempengaruhi pendidikan di indonesia Jawabanya kerena dengan sifat milenial inilah yang bisa menjadi pendidikan semakin berkualitas atau tidak . jika generasi milenial sekarang rajin2 maka pendidikan semakin maju semoga membantu 6. apa dan bagaimana peran sosiologi pendidikan di era milenial? Peran sosiologi pendidikan adalah menganalisa cara apa yang paling cocok digunakan dalam pedagogi pada masa sekarang ini karena kebutuhan siswa dulu dan sekarang berbeda dan akan terus berubah. 7. Bagaimana strategi untuk mengembangkan pendidikan karakter di zaman milenial PenjelasanPendidikan karakter merupakan aspek yang penting bagi generasi penerus. Menurut saya, seorang individu tidak cukup hanya diberi bekal pembelajaran dalam hal intelektual belaka tetapi juga harus diberi hal dalam segi moral dan spritualnya, seharusnya pendidikan karakter harus beriringan dengan perkembangan intelektualnya yang dalam hal ini harus dimulai sejak dini khusunya dilembaga pendidikan. Pendidikan karakter dapat dilakukan pada pendidikan formal dan informal secara umumnya, yang mana dalam pelaksanaanya dilakukan dengan saling melengkapi. Pendidikan formal dilaksanakan secara berjenjang dan pendidikan tersebut mencakup pada pendidikan umum,kejuruan, akademik, profesi, keagamaan, dan khusus. Pendidikan karakter di sekolah yang diimplementasikan pada pendidikan pengembangan diri antara lain melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti pengurus osis,pramuka,olahraga,seni,keagamaan dan lainnya. Menurut saya strategi untuk mengembangkan pendidikan karakter di zaman milenial yaitu dengan memanfaatkan media elektronik seperti YouTube yaitu dengan menyajikan konten - konten yang mendidik . 8. pendidikan di indonesia semakin berkembang era milenial mempengaruhi pendidikan di indonesi Jawaban Informasi Komunikasi Dan interkoneksi Antar Jual/Beli Melualui InternetPenjelasan semoga bermanfaat 9. Buatlah pidato tentang perkembangan teknologi di era milenial PenjelasanAssalamu’alaikum Wr. terhormat Bapak/ Ibu Kepala SekolahDan yang saya hormati Bapak/ Ibu Guru dan Karyawan di sekolahSerta siswa dan siswi yang Bapak banggakanAlhamdulillah puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan karuninya yang telah diberikan kepada kita semua sehingga kita masih dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan lupa sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita semua, Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua yang ada ditempat ini mendapatkan safaatnya di akhir jaman nanti, Amiin ya robbal pemuda mungkin sudah sering kita dengar, namun apakah arti pemuda itu? Pemuda merupakan generasi muda yang sangat berpengaruh besar terhadap proses pembangunan bangsa akan selalu menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa yang dapat merubah pandangan oleh setiap orang dan sebagai tumpuan generasi sebelumnya untuk mengembangkan ide-ide yang kreatif, berilmu dan berwawasan yang luas berdasarkan kepada nilai dan norma yang yang telah dikatakan oleh presiden dahulu kita “Beri aku 1000 orang tua maka akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda maka akan kuguncangkan dunia”.Pada zaman sekarang telah memasuki era baru yang sering disebut dengan era milenial, sehingga pemuda yang lahir pada era ini disebut dengan generasi milenial merupakan generasi yang sudah melek teknologi. Dengan perkembang pesatnya teknologi yang ada pada era ini maka generasi di era ini memiliki banyak peluang untuk berada jauh lebih maju dibandingkan dengan generasi sayangnya, di era yang sesuatu dapat bergerak dengan cepat menyebabkan dunia menjadi tanpa batas. Informasi akan lebih mudah diperoleh dari mana saja dan dengan siapa yang lahir pada era ini maka harus mampu menjadi bijak dalam memanfaatkan teknologi yang ada. Perkembangan teknologi yang semakin pesat ini dapat berdampak positif atau berdampak negatif, hal ini tergantung dari penggunanya apakah dia dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik atau sebab itu, pemuda yang lahir pada era ini harus benar-benar mampu memanfaatkan teknologi yang ada untuk kemajuan. Pesatnya perkembangan teknologi yang ada juga akan menuntut pemuda yang lahir pada generasi ini harus memiliki kualitas dan kinerja yang semakin dapat meningkatkan kualitas dan kinerja maka generasi ini harus dapat belajar dengan cepat, beradaptasi dengan cepat dan melakukan sesuatu yang kreatif untuk memecahkan setiap masalah yang sampai kita semua yang hadir disini hanya menjadi penonton dalam persaingan yang ketat pada era milenial ini. Teruslah belajar dan belajar dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada sekarang ini. Hp yang kalian miliki sekarang ini jangan hanya kalian gunakan untuk mainan game atau hanya bermain sosmed saja tapi manfaatkan untuk belajar dan menlihat perkembangan informasi yang yang sedikit itu yang dapat saya sampaikan semoga bagi kita semua. Kurang lebihnya saya mohon maaf. Terima kasih atas Wr. Wbjadikanlah jawaban tercerdas 10. tolong buatin teks pidato dengan tema pemuda pancasila di era milenial maaf klau salah wkwkwkwkwJawabanMaaf Aku gak bisa Tapi aku pingin jawab 11. rangkuman tugas tvri "pendidikan di era milenial" butuh ..​ Jawabanmohon maaf Rangkuman kelas berapa ya? 12. Fungsi sosiologi pendidikan di era milenial Fungsi sosiologi pendidikan di era milenial adalah untuk menganalisa perubahan sosial yang terjadi. Setelah melakukan analisa terhadap apa yang sedang terjadi pada zaman sekarang, kita bisa menemukan solusi yang tepat untuk masalah-masalah pendidikan yang terjadi pada masa kini. Hal ini disebabkan karena perbedaan zaman menuntut perlakuan yang berbeda. 13. pidato bahasa Jawa dengan tema memperkenalkan permainan tradisional di era milenial Penjelasanassalamualaikum Kito sedoyo pujalanpuji Maring gusti agung l 14. Apa dan bagaimana Peran sosiologi pendidikan di era milenial? Peran sosiologi pendidikan adalah menganalisa cara apa yang paling cocok digunakan dalam pedagogi pada masa sekarang ini karena kebutuhan siswa dulu dan sekarang berbeda dan akan terus berubah. 15. buatlah pidato tentang komitmen generasi muda dalam membentuk karakter bangsa melalui Pancasila di era milenial. TOLONG KAK​ JawabanBeritaKampusPerlu Strategi Khusus Mengamalkan Pancasila di Generasi MilenialKantor Komunikasi Publik13/08/2020 2 min readLaporan oleh Arif MaulanaRektor Universitas Padjadjaran Prof. Rina Indiastuti menjadi pembicara dalam Diskusi Kelompok Terpumpun yang digelar “Mencari Bentuk Implementasi Nilai-nilai Pancasila di Era Globalisasi” Deputi Bidang Pengkajian Srategis Lemhanas RI di Hotel Santika, Bandung, Kamis 13/8 lalu. Foto Dadan Triawan*[ 13/8/2020] Nilai-nilai Pancasila harus tetap dipahami dan diamalkan di tengah arus globalisasi di Indonesia. Generasi milenial menjadi obyek utama yang harus didorong untuk tetap mengamalkan nilai luhur tersebut. Ini bertujuan agar Pancasila tidak tergerus oleh berbagai faham yang bisa memecah kedaulatan kalau salahjadiakn jawbn tercerdas ya
ContohNaskah Pidato "Pendidikan Karakter Bagi Pelajar Indonesia" Assalamu'alaikum Wr. Wb. Bapak/Ibu Guru yang saya hormati, serta teman-teman yang saya sayangi. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya, sehingga kita semua dapat berkumpul pagi ini dengan keadaan sehat wal'afiat.
Wakil Kepala BPIP Dr. Drs. Karjono Atmoharsono, saat menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Nasional Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia BPSDM se-Indonesia di Hotel Borobudur, Senin 5/6/2023. Foto Dok. IstimewaWakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP Dr. Drs. Karjono Atmoharsono, menyoroti pentingnya internalisasi nilai Pancasila dalam pengembangan kompetensi karakter kebangsaan Indonesia bagi ASN. Hal itu disampaikan saat menjadi Narasumber dalam Rapat Koordinasi Nasional Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia BPSDM se-Indonesia yang diselenggarakan di Hotel Borobudur, Senin, 5 Juni menegaskan bahwa upaya mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual semata, tetapi juga melibatkan pembentukan karakter yang kuat dan berakar pada nilai-nilai luhur juga menjelaskan bahwa Pembukaan UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. “Sebagai bagian dari upaya mencapai tujuan tersebut, pendidikan harus fokus pada pembentukan karakter yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.” Hal ini akan membantu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta membangun fondasi kuat untuk masa depan yang lebih pun menekankan langkah konkret yang diambil dalam rangka pembangunan karakter bangsa berlandaskan nilai Pancasila, dengan dilaksanakannya Diklat PIP Pembinaan Ideologi Pancasila bagi para Aparatur Sipil Negara ASN, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan BPIP Nomor 2 Tahun kesempatan itu, Karjono juga sempat mengungkapkan keprihatinannya terhadap hasil survei dari Setara Institute, yaitu sekitar 83,3 persen pelajar SMA beranggapan Pancasila dapat diubah padahal, menurut dia, ideologi negara adalah ideologi yang harus dipertahankan. “Di era globalisasi, para milenial sangat rentan terpapar Ideologi Radikal melalui media sosial yang mengakibatkan Ideologi Pancasila terkikis habis,”Menurutnya, hal ini disebabkan oleh penghapusan TAP MPR II Tahun 1978, selain itu Lembaga BP7 juga dibubarkan pada era reformasi serta penggantian UU Sisdiknas yang menghilangkan mata ajar Pancasila. Namun Pancasila mulai dihidupkan kembali pada masa Taufik Kiemas, Ketua MPR RI dibentuklah empat Pilar Kebangsaan, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945, ini telah lahir PP 4 Tahun 2022 tentang Standar Pendidikan Nasional, di mana dalam PP tersebut terdapat ketentuan wajib mata ajar Pancasila mulai dari PAUD hingga pendidikan tinggi. Bahkan pendidikan formal maupun nonformal. “Selain PP tersebut, terdapat juga Keppres 24 Tahun 2016 yang menegaskan pentingnya sejarah Pancasila. Berdasarkan ketentuan tersebut, diadakanlah Upacara Hari Lahir Pancasila yang melibatkan pengibaran bendera pusaka oleh Paskibraka tingkat pusat.”Rapat Koordinasi Nasional Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia BPSDM se-Indonesia. Foto Dok. IstimewaKarjono menambahkan bahwa upacara Hari Lahir Pancasila tahun ini menjadi yang teristimewa karena pengibaran bendera pusaka oleh Paskibraka, dan terbesar selama ini, karena tidak hanya dilaksanakan di 553 Kabupaten/Kota/Provinsi di seluruh penjuru tanah air, tetapi juga diikuti oleh jajaran Pangdam, Kapolda, serta pejabat tinggi pemerintahan lainnya. Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini menjadi momen yang sangat penting untuk mengingat kembali jasa-jasa para pendiri bangsa, utamanya Bung Karno yang telah menggali, menggagas dan ikut merumuskan Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Karjono mengingatkan pentingnya integritas. “Pemimpin yang baik melibatkan pengembangan integritas yang kokoh dalam hal kebersihan dan nilai-nilai Ber-AKHLAK,” tutupnya.
\n\n \npidato pendidikan karakter di era milenial

Karena itu, pendidikan karakter ini sangat mendasar, dan masalah ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di Malaysia," kata Mendikbud saat memberikan pidato kunci pada seminar pendidikan "Perubahan Pola Pikir Pendidikan Era Milenial" di Jakarta, Selasa (6/3).

Pidato Pendidikan Karakter Di Era Milenial Tulisan Bermakna - Here's Pidato Pendidikan Karakter Di Era Milenial Tulisan Bermakna collected from all over the world, in one place. The data about Pidato Pendidikan Karakter Di Era Milenial Tulisan Bermakna turns out to be....pidato pendidikan karakter di era milenial tulisan bermakna, riset, pidato, pendidikan, karakter, di, era, milenial, tulisan, bermakna LIST OF CONTENT Opening Something Relevant Conclusion Recommended Posts of Pidato Pendidikan Karakter Di Era Milenial Tulisan Bermakna Conclusion From Pidato Pendidikan Karakter Di Era Milenial Tulisan Bermakna Pidato Pendidikan Karakter Di Era Milenial Tulisan Bermakna - A collection of text Pidato Pendidikan Karakter Di Era Milenial Tulisan Bermakna from the internet giant network on planet earth, can be seen here. We hope you find what you are looking for. Hopefully can help. Thanks. See the Next Post Sementaraitu, dalam paparannya Mustadji mengatakan di Era Milenial yang harus disegerakan adalah menjawab tantangan pendidikan berkarakter humanis. "Ini adalah era yang sangat dinamis, perkembangan terjadi begitu pesat, jadi jangan berdiam diri meratapi nasib. Kita harus sigap menyikapi era milenial ini", kata pria kelahiran Tuban ini Istilah milenial sudah akrab terdengar hampir di seluruh kalangan masyarakat. Generasi milenial atau generasi Y adalah generasi yang lahir sekitar tahun 1981-1996. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2020, dari 270,20 juta jiwa penduduk Indonesia 25,87% merupakan generasi milenial. Generasi milenial adalah generasi yang memiliki keingintahuan tinggi, percaya diri, dan merupakan generasi yang melek dengan teknologi. Dengan kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi ini memiliki banyak peluang untuk bisa berada jauh di depan dibanding generasi sebelumnya. Kecanggihan teknologi membuat para generasi milenial menggunakan internet lebih dari kapasitas penggunaan pada umumnya karena mengandalkan media sosial sebagai tempat mendapatkan informasi. Penggunaan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Line, Telegram, dan Whatsapp kini telah menjadi aplikasi yang sangat digemari generasi ini. Kemudahan dalam berinteraksi dan menyebarkan informasi merupakan daya tarik utama dari layanan ini. Namun, kemudahan dalam berinteraksi dan menyebarkan informasi tersebut juga memiliki dampak yang dapat mempengaruhi beragam sendi kehidupan. Hadirnya media sosial ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi media ini memungkinkan masyarakat berkomunikasi dan berinteraksi secara cepat, meningkatkan hubungan pertemanan yang lebih erat, memasarkan bisnis online, dan beragam layanan jasa online. Namun di sisi lain, media sosial juga sering menjadi pemicu munculnya beragam persoalan seperti maraknya penyebaran informasi hoaks, ujaran kebencian, pemutarbalikan fakta, provokasi, serta hal-hal yang berkaitan dengan SARA, terorisme, dan sebagainya. Dalam situasi seperti ini, ternyata banyak pengguna media sosial yang tidak mampu memilah mana informasi yang benar dan mana informasi yang palsu. Untuk itu diperlukan treatment dalam mengatasi persoalan tersebut. Adapun treatment yang dapat dilakukan dalam meminimalisasi perilaku tersebut melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah sesuatu yang mengkualifikasikan seseorang, cara berpikir, dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu, masyarakat. Atau serangkaian sikap, perilaku, motivasi, keterampilan, watak, tabiat yang terbentuk dari hasil internalisasi kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, maupun bertindak Wibowo, 2017. Secara garis besar pendidikan karakter dikatakan sebagai pendidikan yang mampu membawa dampak positif pada kedewasaan kematangan karakter bagi generasi muda dalam meningkatkan kemampuan olah akal, hati, dan perilaku. Di era milenial ini, pembentukan karakter semakin penting untuk mencegah masuknya ideologi dan faham-faham yang dapat merusak kehidupan berbangsa dan negara. Pendidikan karakter terhadap anak di era milenial dapat dimulai dari usia dini karena usia inilah yang dianggap relatif paling mudah dibentuk. Hal ini berbeda dengan orang dewasa yang sudah memiliki kebiasaan, pola pikir, maupun gaya hidup tersendiri sehingga relatif susah untuk diubah walaupun tentu bukan sesuatu yang tidak mungkin. Oleh karena itu, diperlukan upaya kerjasama antara sekolah dan keluarga dalam pembentukan karakter anak di era milenial. Penerapan pendidikan karakter di sekolah dapat diimplementasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti pengurus OSIS, pramuka, olahraga, seni, dan lainnya. Melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut, diharapkan sebagai wadah dalam penyaluran minat bakat anak dalam mewujudkan pendidikan karakter di lingkup sekolah. Sedangkan, dalam lingkup keluarga, orang tua memiliki peran penting untuk membentuk karakter anak sejak dini dengan melakukan pengawasan kepada anak ketika berada di luar sekolah atau di rumah. Ini disebabkan karena pendekatan orang tua dalam pembentukan karakter anak sangat berpengaruh dalam menindaklanjuti pengajaran yang telah diberikan di sekolah. Apabila karakter atau akhlak semua anggota keluarga baik, niscaya akan baik pula karakter anak dan berpengaruh terhadap lingkungan ke masyarakat. Harapannya bagi generasi milenial dengan pendidikan karakter dapat mengembangkan potensi kalbu atau nurani sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya bangsa; dapat mengembangkan kebiasaan dan perilaku yang terpuji sejalan dengan tradisi dan budaya bangsa yang religius; menanamkan tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa ke depan serta mengembangkan kemampuan mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; serta mengembangkan lingkungan baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah yang jujur, penuh kreativitas, persahabatan, saling menghargai sesama, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi. Pendidikan karakter diharapkan juga akan membantu untuk mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan perilaku yang membantu generasi milenial untuk hidup dan bekerjasama dengan orang lain. Dengan kata lain, mengajarkan untuk mampu berbaur dengan orang lain atau bangsa lain dengan tetap mempertahankan identitas dan budaya bangsa Maunah, 2014, Octavia and Rube,2017. Oleh karena itu, melalui pendidikan karakter yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang tidak hanya berkualitas secara hardskill tapi juga softskill serta memiliki attitude yang sopan dan membawa perubahan untuk bangsa ini. Tidak hanya itu, pendidikan karakter akan membantu generasi milenial dalam memilah informasi yang benar dan tidak mudah untuk terhasut oleh perbuatan yang tidak benar karena telah dibentuk pondasi yang kuat sejak dini melalui pendidikan karakter dengan harapan ke depannya akan memberikan kontribusi untuk kemajuan Indonesia yang lebih baik.
padagenerasi masyarakat milenial saat ini dan kedepan menjadi satu tantangan yang kritis. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan karakter sejak lahir. Pada zaman ketika pemimpin dilahirkan dari para raja-raja bisa dikatakan demikian karena yang mendapatkan ilmu-ilmu dan pengalaman kepemimpinan hanya ada di lingkungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Selain itu, pidato juga diartikan sebagai wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Dalam berpidato, seseorang harus mempunyai kemampuan dan keberanian di depan umum untuk mengungkapkan beberapa contoh kalimat pernyataan dalam bahasa Indonesia saat hendak berpidato. Selain itu, kemampuan menyusun jenis-jenis kata, serta pengusaan fungsi kata baku juga harus dimiliki oleh seseorang yang hendak berpidato. Pidato sendiri mempunyai tiga unsur, yaitu pembuka, inti, dan penutup. Hal ini hampir sama dengan jenis-jenis paragraf yang juga mempunyai tiga unsur, yaitu contoh paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan contoh paragraf penutup. Agar pembaca lebih mengerti soal pidato, contoh teks pidato pun akan kami tampilkan di artikel kali ini. Adapun tema yang terkandung di dalam contoh pidato ini adalah pendidikan karakter. Untuk lebih jelasnya, bisa disimak di bawah ini. Pentingnya Pendidikan Karakter Assalamualaikum wr, wb. Para hadirin yang saya hormati, Pada kesempatan kali ini, marilah kita mengucap syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita bisa berjumpa di pagi hari yang cerah ini, untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional. Adapun pidato yang akan saya sampaikan hari ini mempunyai tema pentingnya pendidikan karakter. Sebagaimana kita ketahui, bahwa pendidikan karakter adalah bentuk kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk membentuk kepribadian para peserta didik agar menjadi lebih baik. Dengan pendidikan karakter, anak-anak kita akan dituntun untuk mengembangkan kepribadiannya supaya anak-anak kita menjadi lebih baik. Khusus di negara kita, pendidikan karakter akan menuntun anak-anak kita untuk mempunyai lima karakter dasar yang mesti dipunyai seorang siswa atau peserta didik, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Dengan mempunyai karakter-karakter tersebut, diharapkan anak-anak kita bertumbuh menjadi generasi emas yang tangguh, cerdas, dan berkarakter. Dengan demikian, pendidikan karakter begitu penting dan mesti diterapkan di sekolah-sekolah saat ini khususnya di sekolah kita, agar nantinya anak-anak kita bisa menjadi generasi yang lebih baik dari kita. Adapun metode atau cara agar kita dapat mengaplikasikan pendidikan karakter di sekolah kita adalah dengan menjadikan diri kita sebagai teladan baik bagi anak-anak kita. Selain itu, pengajaran tentang keagamaan dan kewarganegaraan mesti kita ajarkan dengan metode dua arah, yakni dengan melibatkan anak-anak kita dalam setiap pembelajaran materi pembelajaran tersebut, entah itu dengan bertanya atau menyatakan pengalaman empirik mereka yang berhubungan dengan keagaamaan dan kewarganegaraan. Sekali lagi saya katakan, bahwa pendidikan karakter mesti diaplikasikan ke tiap-tiap sekolah, termasuk sekolah kita. Sebab, dengan pendidikan karakter, anak-anak kita akan bertumbuh menjadi generasi yang cerdas, religius, dan mempunyai karakter yang kuat. Demikianlah pidato yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Mohon dimaafkan bila ada kesalahan atau kekurangan dalam penyampaian pidato saya ini. Semoga rahmat dan ridho-Nya senantiasa selalu ada bersama kita. Amin. Wassalamualaikum wr, wb. Demikianlah contoh teks pidato tentang pendidikan karakter. Jika pembaca ingin melihat contoh teks pidato lainnya, pembaca bisa membuka artikel contoh pidato dan contoh pidato tentang pendidikan. Mudah-mudahan contoh pidato yang disajikan bermanfaat dan mampu menambah wawasan pembaca, baik itu di ranah pidato khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya. Sekian dan terima kasih. .
  • 20aqru769t.pages.dev/339
  • 20aqru769t.pages.dev/394
  • 20aqru769t.pages.dev/343
  • 20aqru769t.pages.dev/6
  • 20aqru769t.pages.dev/360
  • 20aqru769t.pages.dev/347
  • 20aqru769t.pages.dev/36
  • 20aqru769t.pages.dev/96
  • pidato pendidikan karakter di era milenial